13/04/14

Surat Dari Puncak

Bunda...
Darahmu mengalir dalam nadiku
Maaf ketika darah itu ku kotori dengan lakuku
Maaf ketika sujudku kepada Tuhan belum sebanyak nikmat yang Dia beri
Kasih Tuhan, Kasihmu Bunda
Bunda...
Anakmu tumbuh dengan susumu
Maaf ketika jalanku buatmu bingung
Maaf ketika fikirku memaksamu menangis
Kasih Tuhan, Kasihmu Bunda
Bunda...
Kabarku baik saja diatas tanah ini
Kakiku masih berpijak pada bumi NUsantara
Tanganku masih mencengkram hutan Sulawesi
Dan lidahku masih melafalkan syahadat yang kau ajarkan
Jika aku hanya sampai disini, biarlah
Jika nafas usai sekarang, aku siap
Salam buat Ayah
Usia bukan punyaku
Ruh bukan hartaku
Kasih Tuhan, Kasihmu Bunda
Bunda...
Ini hari, esok, atau lusa ketika aku pergi
Biarkan aku pergi tanpa genang air mata
Biarkan aku hilang tanpa wajah sendu darimu
Biarkan aku tidur dengan dekap lembutmu
Biarkan aku tersenyum dalam detik terakhirku
Biarkan aku menuju Dia dengan tenang
Bunda...
Ketika pusara telah terisi badanku
Ketika pusara telah tertutup tanah merah
Ketika nisan telah tertancap di pusara
Ku ingin kau tabur Edelweis, yang basah, segar, harum itu dengan senyuman
Edelweis yang pernah ku abadikan dalam bingkai 3R
Di atas pembaringanku, di atas peristirahatanku, di atas persemayaman harapan-harapanku
Bunda...
Jangan menangis
Jangan sedih
Aku kembali pada tempat yang damai, tempat terindah yang pernah kau ceritakan, tempat abadi kehidupan makhluk
Aku kembali pada Tuhan, pada kasih abadi
Karna Kasih Tuhan, Kasihmu Bunda
About Andi Mohammad Bangsawan

You Might Also Like

0 komentar:

Posting Komentar